Merangkai Mimpi Meraih Asa


You know who am I??
Ya.. namaku adalah Diva dan teman teman biasa memanggilku dengan sebutan Dipa. Aku adalah seorang gadis biasa, berumur 16 tahun, bersekolah di SMA Negeri 01 Geger dan aku adalah gadis yang sangat menyukai tentangan. Maklum, gadis berzodiak Scorpio adalah gadis penyuka tantangan, keras kepala dan ambisius. Yupsn

Karena sifat alamiku itulah aku tertarik untuk mengikuti salah satu ekstrakurikuler di sekolahku yang kabarnya kegiatannya cukup menantang, seru dan yang pasti memacu adrenalin. Sudah menebak apakah ekstrakurikuler yang kumaksud? Ya.. Pecinta Alam (Pala)
Pala di SMA Negeri 01 Geger ini mempunyai nama PPA GEPALASSA PAREANOM dan itu merupakan singkatan dari Pelajar Pecinta Alam Geger Pecinta Alam SMA Satu dan Pare artinya Hijau sedangkan Anom artinya Kuning, karena itulah bendera pala memiliki warna hijau dan kuning. Yang mana pada bagian tengahnya memuat logo PPA GEPALASSA PAREANOM.

PPA GEPALASSA PAREANOM berdiri pada 30 Juni 1990, didirikan oleh Bapak Agus (alm.) dan saat ini PPA GEPALASSA PAREANOM telah mencapai angkatan ke-XXIV
Kegiatan dalam PPA GEPALASSA PAREANOM ini sangatlah banyak, misalnya Pembibitan dan Penanaman, THAB (Teknik Hidup Alam Bebas), Cara Packing, Survival, Bivoace, Cara Mencari Makan, Cara menggunakan Kompas, Pengenalan Alat, Musyawarah Anggota (Musang), Inagurasi (Pengenalan medan), Outbond dan yang paling ditunggu tunggu adalah Pendakian.
Beberapa bulan lalu aku dan teman temanku memutuskan untuk mendaki (lagi) di Gunung Lawu, kegiatan ini kami lakukan saat liburan sekolah dan hanya untuk bersenang-senang. Kami berangkat bersebelas (7 Cowok dan 4 Cewek) dan menuju ke gerbang masuk yang tepatnya berada di Tawangmangu dengan menggunakan Sepeda Motor. Dan karena memang bertujuan hanya untuk bersenang senang kami berangkat seadanya (seadanya bagi kami tetap mempersiapkan alat utama misalnya mantel, air, obat-obatan dan terutama fisik dan mental yang kuat)
Kami mendaki melalui jalur Cemoro Sewu, jalur tersebut lebih singkat dibandingkan Jalur Cemoro Kandang. Dan seperti biasanya, kami mulai mendaki pada malam hari, hal ini dilakukan karena pada malam hari tidak terkena terik matahari, sehingga kami tidak akan kehabisan air minum ditengah perjalanan karena kehausan.
Setelah mengurus berbagai administrasi, kami mulai melangkahkan kaki, setapak demi setapak dengan tekad yang kuat, berharap sesuatu yang indah menanti kami diatas sana. Perjalanan kami diwarnai oleh canda tawa, keseruan dan kesenangan pendakian sangatlah terasa pada saat saat ini. Perjalanan dari pos pemberangkatan ke pos 1 cukup lancar, lalu kami melanjutkan menuju pos 2, namun perjalanan dari pos 1 ke pos 2 cukuplah jauh, sehingga kami cukup menghabiskan waktu untuk beristirahat.
Perjalanan kami berlanjut menuju pos 3, dan kali ini kami harus melewati tanjakan yang cukup tinggi, tak urung beberapa dari kami mulai kewalahan, namun, kami saling membantu, saling menunggu dan saling menyemangati. Sampai di pos 3, kami memutuskan untuk melepaskan kantuk, jadi kami tidur selama kurang lebih 1,5 jam.
Selanjutnya, kami meneruskan perjalanan perjalanan menuju pos 4 ini adalah yang terberat. Jalurnya cukup terjal, tanjakan kali ini lebih tinggi daripada sebelumnya, udarapun semakin dingin, karena hari menjelang pagi. Kali ini, kami memiliki sebuah tantangan, kami akan jalan dari pos 3 ke pos 4 dibagi beberapa kelompok. Kenapa? Bukannya itu menunjukkan bahwa kelompok kami kurang kompak? TIDAK!! Kami adalah kumpulan dari anak anak yang sangat menyukai tantangan. Hal tersebutlah yang mendorong kami untuk melakukan hal ini. Kami terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 3 cowok, kelompok kedua (yang mana merupakan kelompokku) terdiri dari 3 cewek, sedangkan kelompok ketiga terdiri dari 3 cowok dan 1 cewek.
Kelompok pertama segera berangkat, dan dengan segera mereka hilang dari pandangan mata. Beberapa saat kemudian kelompokku mulai menyusul. Kami mulai menanjaki batu demi batu, perlahan tapi pasti. Sunrise menyingsing saat kami berada diantara pos 3 dan pos 4. Kami sangat menikmati pemandangan ini, pemandangan menakjubkan dari ibu pertiwi. Suasana begitu segar, sunyi dan menenangkan hati, sehingga rasanya dunia ini hanya milik kami bertiga.

Setelah perjuangan yang cukup berat, kami tiba di pos 4, kami beristirhat sebentar, beberapa saat kemudian kelompok terakhir mulai terlihat, dan akhirnya kami melanjutkan perjalanan bersama sama lagi. Perjalanan pos 4 ke pos 5 tak lama, cukup singkat dan tak seterjal sebelumnya. Namun, perjalanan dari pos 5 menuju ke puncak Hargo Dumilah cukup panjang, memang tak terjal, namun begitu berdebu.
Setelah ditemani kumpulan edelweis di sepanjang jalan, akhirnya puncak Hargo Dumilah mulai nampak, aku segera berlari menuju tugu tersebut, berharap aku menjadi yang pertama dalam kelompokku untuk sampai di puncak pada pendakian kali ini, namun tiba-tiba salah seorang teman cowokku segera menyusulku, dan karena aku cewek sedangkan dia cowok kecepatan lari kami sangatlah kontras, dan aku harus bisa menerima bahwa aku sampai di puncak nomor dua.
Tak urung, kami segera mengabadikan setiap momen indah di puncak 3265 dpl ini. Setiap detik, setiap menit dan setiap waktu kebersamaan kami, kekeluargaan kami, dan pemandangan menakjubkan yang mana adalah Kuasa dari Sang Pencipta.

Comments